Wavy Tail

Senin, 19 Januari 2015

Pemeriksaan kadar Glukosa Darah


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita melakukan aktivitas baik yang merupakan kebiasaan misalnya berdiri, berjalan, mandi, makan dan sebagainya. Untuk melakukan aktivitas kita memerlukan energi. Energi yang diperlukan ini diperoleh dari bahan yang dikonsumsi. Pada umumnya, bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama senyawa kimia yaitu karbohidrat, protein dan lemak. Salah satu penghasil energi terbesar yaitu karbohidrat glukosa. Karbohidrat glukosa merupakan karbohidrat terpenting dalam kaitannya dengan penyediaan energi di dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena semua jenis karbohidrat baik monosakarida, disakarida maupun polisakarida yang dikonsumsi oleh manusia akan terkonversi menjadi glukosa di dalam hati. Glukosa ini kemudian akan berperan sebagai salah satu molekul utama bagi pembentukan energi di dalam tubuh.

Berdasarkan bentuknya, molekul glukosa dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu molekul D-Glukosa dan L-Glukosa. Faktor yang menjadi penentu dari bentuk glukosa ini adalah posisi gugus hidrogen (-H) dan alkohol (–OH) dalam struktur molekulnya. Glukosa yang berada dalam bentuk molekul D & L-Glukosa dapat dimanfaatkan oleh sistim tumbuh tumbuhan, sedangkan sistim tubuh manusia hanya dapat memanfaatkan DGlukosa. Di dalam tubuh manusia glukosa yang telah diserap oleh usus halus kemudian akan terdistribusi ke dalam semua sel tubuh melalui aliran darah. Di dalam tubuh, glukosa tidak hanya dapat tersimpan dalam bentuk glikogen di dalam otot & hati namun juga dapat tersimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood glucose). Di dalam tubuh selain akan berperan sebagai bahan bakar bagi proses metabolisme, glukosa juga akan berperan sebagai sumber energi utama bagi kerja otak. Melalui proses oksidasi yang terjadi di dalam sel-sel tubuh, glukosa kemudian akan digunakan untuk mensintesis molekul ATP (adenosine triphosphate) yang merupakan molukel molekul dasar penghasil energi di dalam tubuh. Dalam konsumsi keseharian, glukosa akan menyediakan hampir 50—75% dari total kebutuhan energi tubuh. Untuk dapat menghasilkan energi, proses metabolisme glukosa akan berlangsung melalui 2 mekanisme utama yaitu melalui proses anaerobik dan proses aerobik. Proses metabolisme secara anaerobik akan berlangsung di dalam sitoplasma (cytoplasm) sedangkan proses metabolisme anaerobik akan berjalan dengan mengunakan enzim ysebagai katalis di dalam mitochondria dengan kehadiran Oksigen (O2).

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan Glukosa ?
2.      Jelaskan Metabolisme Glukosa ?
3.      Jelaskan Pengaturan Glukosa Darah ?
4.      Jelaskan Masalah klinis pada Glukosa Darah ?
5.      Jelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar Glukosa Darah ?
6.      Jelaskan Patologis pengaturan Glukosa Darah ?
7.      Jelaskan Gejala dan tanda Diabetes Melitus ?
8.      Jelaskan Jenis dan Metode pemeriksaan Glukosa Darah ?
9.      Jelaskan Proses pemeriksaan Glukosa ?
10.  Jelaskan Interpretasi hasil pemeriksaan Glukosa ?

C.     Tujuan

1.      Untuk mengetahui Definisi, Metabolisme dan Pengaturan Glukosa Darah
2.      Untuk mengetahui Masalah kilinis dan Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar Glukosa Darah
3.      Untuk mengetahui Patologis pengaturan Glukosa darah beserta Gejala dan tanda Diabetes Melitus
4.      Untuk mengetahui Jenis dan Metode pemeriksaan Glukosa Darah beserta Proses pemeriksaan dan Interpretasi hasil Glukosa

D.    Manfaat

1.      Sehingga mempermudah mengetahui apa yang dimaksud dengan Glukosa
2.      Sehingga mempermudah mengetahui Metabolisme dan Pengaturan Glukosa Darah
3.     Sehingga mempermudah mengetahui Masalah kilinis, Faktor-faktor yang mempengaruhi dan Patologis pengaturan Glukosa darah
4.     Sehingga mempermudah mengetahui Gejala dan tanda Diabetes Melitus¸Jenis dan Metode pemeriksaan Glukosa Darah beserta Proses pemeriksaan dan Interpretasi hasil Glukosa
                                                                                       


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Glukosa

Glukosa adalah karbohidrat yang tidak dihidrolisis atau diuraikan menjadi sakarida lain yang lebih sederhana.Glukosa juga merupakan bentuk karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi.. Sebagian glukosa yang ada dalam darah adalah hasil penyerapan dari usus dan sebagian lagi dari hasil pemecahan simpanan energi dalam jaringan. Glukosa yang ada di usus bisa berasal dari glukosa yang kita makan atau bisa juga hasil pemecahan zat tepung yang kita makan dari nasi, ubi, jagung, kentang, roti atau dari yang lain.

Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosa—monosakarida yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya 0.0026% pada pH 7.

Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon, dan somatostatin.            

Insulin dihasilkan oleh sel-sel β, mendominasi gambaran metabolik. Hormon ini mengatur pemakaian glukosa melalui banyak cara : meningkatkan pemasukan glukosa dan kalium ke dalam sebagian besar sel; merangsang sintesis glikogen di hati dan otot; mendorong perubahan glukosa menjadi asam-asam lemak dan trigliserida; dan meningkatkan sintesis protein, sebagian dari residu metabolisme glukosa. Secara keseluruhan, efek hormone ini adalah untuk mendorong penyimpanan energi dan meningkatkan pemakaian glukosa. Sedangkan Glukagon dihasilkan oleh sel-sel α, meningkatkan sintesis protein dan menstimulasi glikogenolisis (pengubahan glikogen cadangan menjadi glukosa) dalam hati; ia membalikkan efek-efek insulin. Somatostatin dihasilkan oleh sel-sel delta, menghambat sekresi glukagon dan insulin; hormone ini juga menghambat hormone pertumbuhan dan hormone-hormon hipofisis yang mendorong sekresi tiroid dan adrenal. Saat setelah makan atau minum, terjadi peningkatan kadar gula darah yang merangsang pankreas menghasilkan insulin untuk mencegah kenaikan kadar gula darah lebih lanjut. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kombinasi keduanya, akan berpengaruh terhadap konsentrasi glukosa dalam darah.

B.     Metabolisme Glukosa       

Glukosa, fruktosa dan galaktosa masuk melalui dinding usus halus kedalam aliran darah. Fruktosa dan galaktosa akan diubah dalam tubuh menjadi glukosa. Glukosa merupakan hasil akhir dari pencernaan dan diabsorbsi secara keseluruhan sebagai karbohidrat. Kadar glukosa dalam darah bervariasi dengan daya penyerapan, akan menjadi lebih tinggi setelah makan dan akan menjadi turun bila tidak ada makanan yang masuk selama beberapa jam. Glikogen dapat lewat dengan bebas keluar dan masuk ke dalam sel dimana glukosa dapat digunakan semata-mata sebagai sumber energi. Glukosa disimpan sebagai glikogen di dalam sel hati oleh insulin (suatu hormon yang disekresi oleh pankreas). Glikogen akan diubah kembali menjadi glukosa oleh aksi dari  glukogen (hormon lain yang disekresi oleh pankreas) dan adrenalin yaitu suatu hormon yang disekresi oleh kelenjar adrenalin.

C.     Pengaturan Glukosa Darah, dipengaruhi oleh :

1)         Hormon Insulin  

Hormon insulin memegang peranan pokok dalam pengaturan konsentrasi glukosa darah. Insulin dihasilkan oleh sel-sel beta pulau langerhans dalam pankreas dan disekresi ke dalam darah sebagai respon langsung terhadap hyperglikemia. Konsentrasinya dalam darah sejajar dengan konsentrasi glukosa zat yang menyebabkan pengeluaran insulin adalah asam-asam amino, sekretin dan tolbutamid. Epinefrin dan norepinefrin menghambat pengeluaran insulin. Invitro (dan mungkin in vivo), insulin mempunyai efek langsung pada jaringan seperti jaringan adiposa dan otot dalam menaikkan kecepatan uptake glukosa. Diduga bahwa kerja ini disebabkan karena peningkatan transport glukosa melalui membran sel.

Sekresi insulin terutama diatur oleh konsentrasi gula darah. Kadar glukosa darah normal waktu puasa adalah 80 sampai 90 mg/100 ml kecepatan sekresi insulin minimum. Waktu konsentrasi glukosa darah meningkat diatas 100mg/100 ml darah, kecepata sekresi insulin meningkat cepat mencapai puncaknya yaitu 10 sampai 20 kali tingkat basal konsentrasi glukosa darah antara 300 dan 400/100 ml. Jadi peningkatan  sekresi insulin akibat rangsangan glukosa adalah dramatis dalam kecepatan dan sangat tingginya kadar sekresi yang dicapai. Selanjutnya penghentia sekresi insulin hampir sama cepat, terjadi dalam beberapa menit setelah pengurangan konsentrasi glukosa darah kembali ke tingkat puasa.

2)         Kelenjar Hipofisis Anterior

Kelenjar hipofisis anterior mengsekresi hormon-hormon yang cenderung untuk meningkatkan glukosa darah dan oleh karena itu melawan kerja insulin. Hormon-hormon ini adalah hormon pertumbuhan badan. ACTH (kortikotropin), dan mungkin zat “diabetogenik” lainnya. Sekresi hormon pertumbuhan badan dirangsang oleh hipoglikemia. Hormon ini menurunkan uptake glukosa dalam jaringan tertentu, misalnya : otot. Pemberian hormon pertumbuhan untuk waktu yang lama menimbulkan diabetes. Dengan menimbulkan hyperglikemia ia merangsang sekresi insulin, dengan kemungkinan menyebabkan sel-sel beta menjadi letih. Walaupun ACTH dapat mempunyai efek tidak langsung pada penggunaan glukosa, karena ia memperbesar pengeluaran asam-asam lemak bebas dari jaringan adiposa, efek utamanya pada metabolisme karbohidrat adalah karena perangsangan sekresi hormon-hormon korteks adrenal.

3)         Korteks Adrenal

Korteks adrenal mengsekresi sejumlah hormon steroid diantara mana glukokortikoid adalah penting dalam metabolisme karbohidrat. Pemberian glukokortikoid mengakibatkan glikoneogenesis. Ini sebagai akibat dari kenaikan katabolisme protein dalam jaringan, peningkatan uptake asam amino oleh hati, dan kenaikan aktivitas transaminase dan enzim-enzim lainnya yang berhubungan dengan glukoneogenesis dalam hati. Selain itu, glukokortikoid menghambat penggunaan glukosa dalam jaringan ekstrahepatik. Glukokortikoid berperan dengan suatu cara yang antagonistik terhadap insulin.          

4)         Epinefrin

Epinefrin disekresi oleh medulla adrenal, merangsang pemecahan glikogen dalam otot. Akan tetapi, pemberian epinefrin mengakibatkan pengeluaran glukosa dari hati bila terdapat glikogen akibat perangsangan fosforilase. Pada Otot, sebagai akibat tidak adanya glukosa 6-fosfotase, glikogenolisis mengakibatkan pembentukan laktat. Laktat yang berdifusi ke dalam darah diubah kembali oleh mekanisme glukoneogenesis menjadi glikogen dalam hati (siklus cori). Hypoglikemia menyebabkan suatu rangsangan saraf simpatis, kenaikan sekresi epinefrin merangsang glikogenolisis, yang diikuti oleh kenaikan konsentrasi glukosa darah.      

5)         Glukagen

Glukagen adalah hormon yang diproduksi oleh sel-sel alfa pulau langerhans dari pankreas. Sekresinya dirangsang oleh hypoglikemia dan bila sampai di hati (melalui vena porta), menyebabkan glikogenolisis dengan mengaktifkan fosforilase dengan cara yang sama seperti epinefrin. Sebagian besar gliogen dikeluarkan dari peredaran oleh hati. Tidak seperti epinefrin, glikogen tidak mempunyai efek terhadap fosforilse otot. Glikogen juga menambah glukoneogenesis dan glukogenolisis hati ikut berperan pada efek hiperglikemik dari glukogen.

Pengaturan sekresi glukagon :
·         Efek konsentrasi glukosa

Perubahan konsentrasi glukosa darah mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada sekresi insulin. Yaitu penurunan glukosa darah, meningkatkan sekresi glukagon. Bila glukosa darah turun sampai serendah 70 mg/100 ml darah, pankreas mensekresi glukagon dalam jumlah yang sangat banyak, yang cepat memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap terjadinya hipoglikemia.

·         Efek asam amino

Asam amino meningkatkan sekresi glukagon, yaitu suatu efek yang tepat berlawanan dengan glukosa. Peranan fisiologis efek ini adalah mencegah hipoglikemia yang akan timbul bila makan protein murni, karena asam amino dari protein meningkatkan sekresi insulin dan karena itu menurunkan glukosa darah. Peningkatan sekresi glukagon secara teoritis dapat meniadakan efek ini.

D.    Masalah klinis pada Glukosa Darah

Ø     Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak atau berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut Diabetes Melitus (DM) yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormone insulin, akibatnya glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan sukar menembus dinding sel. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsi, dan poliphagia, serta kelelahan yang parah dan pandangan yang kabur. 3

Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).

Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi). Gejala lainnya adalah pandangan kabur,pusing, mual dan berkurangnya ketahanan selama melakukan olah raga.

Gejala klinis Diabetes Mellitus, yaitu :

a)      Poliuria
      Berlebihnya volume urine disertai gejala sering buang air kecil.

b)      Polidipsia
Peningkatan rasa haus yang diakibatkan seringnya buang air kecil yang menyebabkan dehidrasi.

c)      Polifagia                                     
Peningkatan rasa lapar yang diakibatkan keadaan paska absorbsi yang kronik, katabolisme protein dan lemak, serta kelaparan relatif sel-sel.

d)     Kelemahan otot
Keadaan ini diakibatkan oleh katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi (Corwin, 2009).

Ø  Hipoglikemia

Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia).3

Gejala-gejala dari kadar gula darah rendah :                     

·         Rasa lapar yang timbul secara tiba-tiba
·         Sakit kepala
·         Kecemasan yang timbul secara tiba-tiba
·         Badan gemetaran      
·         Berkeringat
·         Bingung
·         Penurunan kesadaran, koma.

E.     Faktor – faktor yang mempengaruhi kadar Glukosa Darah, yaitu :

a)      Stress emosional, demam, infeksi, trauma, dan obesitas dapat memicu meningkatkan kadar glukosa darah.

b)      Makan yang berlebihan dapat meningkatkan kadar glukosa darah.

c)      Usia, orang dewasa mempunyai kadar glukosa darah yang cenderung lebih tinggi diakibatkan proses penuaan menyebabkan sekresi insulin menurun.
d)     Aktivitas berlebihan dapat menurunkan kadar glukosa darah (Kee, 2008).


F.      Patologis pengaturan Glukosa Darah

Kondisi normal glukosa darah dapat diantarkan ke dalam sel melalui reseptor insulin. Namun pada kondisi terjadi gangguan pada reseptor insulin, glukosa darah gagal diantarkan kedalam sel tubuh, dan menetap pada pembuluh darah. Sel tubuh akan merespon hal tersebut dengan mengirimkan tanda bahwa sel belum memperoleh glukosa, akibatnya glukosa terus di produksi untuk dapat memenuhi kebutuhan sel, namun karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel maka lama kelamaan terjadi peningkatan glukosa dalam darah

Diabetes Melitus (DM) digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu :

1)      Diabetes Melitus tipe 1

Pada kencing manis tipe 1, terjadi radang pada kelenjar pankreas, disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya virus. Terjadi kerusakan pada sel beta pankreas melalui reaksi yang dinamakan sebagai reaksi autoimun, akibat kerusakan tersebut pankreas gagal untuk menghasilkan hormone Insulin. Inilah alasan mengapa Kencing manis tipe ini disebut sebagai Diabetes Melitus Tergantung Insulin/Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM). Kasus Kencing manis tipe 1 biasa ditemukan pada penderita berusia muda.

2)      Diabetes Melitus tipe 2

Pada kencing manis tipe 2, terjadi beberapa tahap sebagai berikut :

a)      Fase Pertama : Seperti dibicarakan sebelumnya, bila kadar insulin normal maka kadar glukosa darah juga normal. Pada awalnya, sel tubuh menjadi kurang peka terhadap insulin sehingga dibutuhkan lebih banyak insulin untuk dapat memasukan glukosa kedalam sel. Kondisi ini kemudian di kenal dengan sebutan Resistensi insulin. Akibatnya, pankreas akan dipacu untuk bekerja lebih keras dalam mengeluarkan insulin. Pada kondisi ini, kadar insulin dfalam darah akan mengalami peningkatan sampai tiga kali lipat dari keadaan normal, disebut sebagai keadaan “hiperinsulinemia”.

b)      Fase Kedua : Pada fase ini, kadar insulin tinggi namun tidak selamanya kadar glukosa darah ikut abnormal. Seiring dengan ketidakpekaan sel terhadap insulin yang bertambah parah, sebagian orang akan berhasil untuk meningkatkan produksi insulin sehingga kadar glukosa darah tetap normal. Namun, orang dengan kelemahan pada pancreas akan mengalami keterbatasan dalam produksi insulin, biasanya disebabkan karena faktor usia. Pancreas akan terlambat mengeluarkan insulin saat makan, sehingga kadar glukosa darah setelah makan akan meningkat. Kondisi ini dikenal sebagai Toleransi Glukosa Terganggu (TGT). Bila pancreas tidak dapat memproduksi cukup insulin untuk menahan laju produksi glukosa oleh hati, kadar glukosa darah pagi sebelum makan akan tinggi, disebut dengan Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT). Kedua istilah ini dikelompokkan untuk menggambarkan kondisi pre diabetes, atau suatu tahapan sementara menuju terjadinya diabetes.

c)      Fase Ketiga : Pada fase ini, kadar glukosa darah hampir selalu tinggi karena kondisi resistensi insulin yang semakin parah, atau produksi insulin pancreas yang berkurang. Pada saat inilah, diagnose Kencing manis tipe 2 dapat ditegakkan melalui pemeriksaan penunjang laboratorium. Umumnya, keluhan yang muncul tidak terlalu dihiraukan oleh pasien sampai terjadi komplikasi yang lebih lanjut. Kencing manis tipe ini disebut juga Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM). 90% kasus Kencing manis merupakan tipe ini.

3)      Diabetes Melitus tipe lain

Tipe ini berhubungan dengan kelainan defek genetic pada sel beta pancreas, defek genetic dari kerja insulin, penyakit eksokrin pancreas, kelainan hohrmonal, obat-obatan, infeksi, sebab imunologi dan penyebab lain.

4)      Diabetes Melitus Gestasional

Terjadi atau diketahui pada saat kehamilan. Disebabkan karena adanya ketidakseimbangan hormonal. Kencing manis tipe ini berisiko terhadap proses persalinan sehingga disarankan penderitanya untuk melakukan persalinan seksio sesaria untuk mencegah perdarahan bi;la harus bersalin per vaginam. Factor yang mempengaruhi diantaranya adalah usia ibu hamil yang lebih dari 30 tahun, kegemukan, adanya gula dalam air seni, riwayat kencing manis dalam keluarga, riwayat keguguran berulang, dan sebagainya

G.    Gejala dan tanda Diabetes Melitus

Menurut Tjokprawiro (2002 ) gejala dan tanda diabetes mellitus dapat dikelompokkan menjadi gejala akut dan kronik.

a)      Gejala akut

Gejala diabetes melitus dari penderita satu dengan lainnya tidak selalu sama. Gejala tersebut dibawah ini adalah gejala yang pada umumnya timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala yang lain, bahkan ada penderita diabetes melitus yan tidak menunjukkan apapun sampai pada saat tertentu.

Pada permulaan gejala yang timbul sering disebut 3P yaitu : polifagia (banyak makan), polidipsi (banyak minum), poliuria (sering kencing). Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus bertambah (gemuk) karena pada saat ini jumlah insulin masih mencukupi.

b)      Gejala kronik

Penderita diabetes melitus tidak menunjukkan gejala akut (mendadak). Tapi penderita menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit diabetes melitus.

Gejala kronik yang sering timbul yaitu kesemutan, kulit terasa panas, rasa tebal dikulit, kram, mudah mengantuk, mata akan kabur kalau sering ganti kaca mata, terutama wanita akan gatal disekitar kemaluan, gigi mudah goyah atau mudah lepas, kemampuan seksual menurun dan bisa impoten serta untuk ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg .
     
H.    Jenis dan Metode pemeriksaan Glukosa Darah

1)      Jenis pemeriksaan Glukosa Darah

Dikenal beberapa jenis pemeriksaan yang berhubungan dengan pemeriksaan glukosa darah yaitu:

a)         Glukosa darah puasa

Sebelum pemeriksaan ini dilakukan pasien harus puasa 10 – 14 jam.

b)         Glukosa darah sewaktu

Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien tanpa perlu memperhatikan waktu terakhir pasien makan.

c)         Glukosa darah 2 jam PP

Pemeriksaan ini sukar sekali distandarisasikan, karena makanan yang dimakan baik jenis maupun jumlahnya sukar disamakan dan juga sukar diawasi dalam tenggang waktu 2 jam untuk tidak makan dan minum lagi, juga selama menunggu pasien perlu duduk istirahat tenang dan tidak melakukan kegiatan jasmani (berat) serta tidak merokok.

2)      Metode pemeriksaan Glukosa Darah

a)         Metode Kimia atau Reduksi

Prinsip : Proses kondensasi dengan akromatik amin dan asam asetat glacial pada suasana panas, sehingga terbentuk senyawa berwarna hijau yang kemudian diukur secara fotometris.

Beberapa kelemahan / kekurangannya adalah metode kimia ini memerlukan langkah pemeriksaan yang panjang dengan pemanasan, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan lebih besar. Selain itu reagen pada metode ortho-toluidin bersifat korosif

b)    Metode Enzimatik

1)      Metode Glukosa Oksidase (GOD-PAP)

Prinsip : Enzim glukosa oksidase menkatalisis reaksi oksidasi glukosa menjadi glukonolakton dan hydrogen peroksida. Glukosa + O2 glukosa oksidase O-glukono-δ-lakton + H2O2

Penambahan enzim perokidase dan aseptor oksigen kromogenik seperti Odianisidine. O-dianisidine (red) +H2 O2 peroksidase O-dianiside (oks) + H2O2 (tidak berwarna) (berwarna)
Enzim glukosa oksidase yang digunakan pada reaksi pertama menyebabkan sifat reaksi pertama spesifik untuk glukosa, khususnya B-D glukosa, sedangkan reaksi kedua tidak spesifik, karena zat yang bisa teroksidasi dapat menyebabkan hasil pemeriksaan lebih rendah. Asam urat, asam askorbat, bilirubin dan glutation menghambat reaksi karena zat-zat ini akan berkompetisi dengan kromogen bereaksi dengan hidrogen peroksida sehingga hasil pemeriksaan akan lebih rendah. Keunggulan dari metode glukosa oksidase adalah karena murahnya reagen dan hasil yang cukup memadai.

2)      Metode Heksokinase

Prinsip : Heksokinase akan mengkatalis reaksi fosforilasi glukosa dengan ATP membentuk glukosa 6-fosfat dan ADP. Enzim kedua yaitu glukosa 6-fosfat dehidrogenase akan mengkatalis oksidasi glukosa 6-fosfat dengan nikolinamide adnine dinueleotide phosphate (NAPP+)
Glukosa + ATP peroksidase Glukosa-6-fosfat + ADP  
Glukosa-6-fosfat +NAD (P) G-6-PD 6-fosfoglukonat + NAD(P)H + H +

c)     Kering (Gluco DR)

Adalah alat pemeriksaan glukosa darah secara invitro, dapat dipergunakan untuk mengukur kadar glukosa darah secara kuantitatif, dan untuk screening pemeriksaan kadar glukosa darah. Sampel dapat dipergunakan darah segar kapiler atau darah vena, tidak dapat menggunakan sampel berupa plasma atau serum darah.

Prinsip : Tes strip menggunakan enzim glukosa oksidase dan didasarkan pada teknologi biosensor yang spesifik untuk pengukuran glukosa, tes strip mempunyai bagian yang dapat menarik darah utuh dari lokasi pengambilan / tetesan darah kedalam zona reaksi. Glukosa oksidase dalam zona reaksi kemudian akan mengoksidasi glukosa di dalam darah. Intensitas arus electron terukur oleh alat dan terbaca sebagai konsentrasi glukosa di dalam sampel darah.

I.       Proses pemeriksaan Glukosa

Proses pemeriksaan glukosa meliputi :

1.      Pra analitik           

Pra analitik adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang pengambilan, persiapan, penyimpanan, dan pengiriman spesimen.
Persiapan pasien secara umum yaitu :
a.       Pasien dianjurkan berpuasa 8-12 jam.

b.      Obat yang dikonsumsi pasien
·         Untuk pemeriksaan sampel darah, pasien tidak boleh minum obat 4-24 jam.
·         Untuk spesimen urin, pasien tidak boleh minum obat 48-72 jam.
·         Untuk pengobatan yang tidak mungkin dihentikan diberi tanda khusus oleh pekerja laboratorium.

c.       Menghindari aktivitas fisik.

d.      Memperhatikan efek postur, dianjurkan duduk dengan tenang 10 sampai 15 menit kemudian  spesimen diambil.

1)      Tes Glukosa Darah
                
Persiapan pasien tes glukosa darah yaitu :
a)      GDP (Gula Darah Puasa)

·            Pasien berpuasa 8-12 jam sebelum tes.
·            Semua obat dihentikan, bila ada obat yang harus diberi ditulis pada formulir permintaan tes.

b)      GD2PP

·            Dilakukan 2 jam setelah tes GDP.
·            Pasien dianjurkan makan makanan yang mengandung 100 gram karbohidrat sebelum tes.

c)      GDS (Gula Darah Sewaktu)
Pemeriksaan gula darah sewaktu dilakukan tanpa persiapan yang bertujuan untuk melihat kadar gula darah sesaat tanpa puasa dan tanpa pertimbangan waktu setelah makan.

Persiapan sampel tes glukosa darah yaitu :

·            Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan pada pagi hari.
·            Sampel tes sering atau dikontrol DM : plasma vena, serum/darah kapiler. Sampel tes diagnostik : plasma vena.
·            Sampel plasma stabil kurang dari 1 jam. Bila lebih dari 1 jam akan mengakibatkan konsentrasi glukosa turun.
·            Sampel serum stabil kurang dari 2 jam.

2.      Analitik

Analitik adalah segala sesuatu yang menyangkut cara kerja pemeriksaan glukosa darah meliputi metode tes glukosa, prinsip pemeriksaan, alat dan bahan serta cara kerjanya.


1)         Tes Glukosa Darah
Tes glukosa darah meliputi :

a)         GDP (Gula Darah Puasa)

b)         GD2PP (Gula Darah 2 Post Prandial)

c)         GDS (Gula Darah Sewaktu)

Metode tes Glukosa Darah

”GOD”-PAP : Tes Enzimatik Photometric

Prinsip :
Penentuan glukosa setelah oksidasi enzimatik oleh oksidasi glukosa. Indikator kalorimeteri merupakan quinoneimine yang dihasilkan dari 4-aminoantipyrine dan fenol oleh hidrogen peroksida dibawah perlakuan katalik dari peroksidasi.

                                     GOD                                
       Glukosa  +  O2 asam glukonik  +  H2O2

                                    POD    
       H2O2  +  4-aminoantipyrine  +  fenol Quinoneimin

Alat dan Bahan Tes Glukosa Darah

Alat :

·         Fotometer 5010 (semi automatik)
·         Mikropipet 1000 µL, 10 µL.
·         Tabung mikro
·         Stopwach
·         Rak tabung

Bahan :

·         Plasma vena (sampel)
·         Reagen glukosa

Cara Kerja

·         Dipipet 1000 µL reagen glukosa kemudian dimasukkan ke dalam tabung mikro.
·         Dipipet 10 µL sampel lalu dimasukkan ke dalam tabung mikro yang telah terisi dengan reagen glukosa lalu diletakkan tabung tersebut pada rak tabung kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37oC.
·         Dibuat program untuk tes glukosa dimana tes berjalan secara automatik.
·         Dibaca hasil yang diperoleh secara fotometrik.

3.      Pasca Analitik

Pasca analitik adalah kegiatan akhir dari proses analisis suatu sampel. Kegiatan pasca analitik meliputi pembacaan hasil.

Ø    Nilai Rujukan

·         Gula darah sewaktu
Dewasa : Serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 120 mg/dl
Anak : sampai dengan 120 mg/dl
Lansia : Serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 140 mg/dl.
·         Gula darah puasa
Dewasa : Serum dan plasma : 70 – 110 mg/dl; Darah lengkap : 60 – 100 mg/dl; Nilai panik : kurang dari 40 mg/dl dan > 700 mg/dl
Anak : Bayi baru lahir : 30 – 80 mg/dl; Anak : 60 – 100 mg/dl
Lansia : 70 – 120 mg/dl.
·         Gula darah post prandial
Dewasa : Serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 120 mg/dl
Anak : sampai dengan 120 mg/dl
Lansia : Serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 140 mg/dl.
J.       Interpretasi Hasil

Interpretasi hasil pemeriksaan glukosa meliputi :

·         Gula darah normal (70-110 mg/dL)
·         Gula darah rendah (hipoglikemia, 40-50 mg/dL)
·         Gula darah tinggi (hiperglikemia, >130 mg/dL)



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Glukosa adalah karbohidrat yang tidak dihidrolisis atau diuraikan menjadi sakarida lain yang lebih sederhana.Glukosa juga merupakan bentuk karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi.

Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak atau berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut Diabetes Melitus (DM) yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormone insulin, akibatnya glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan sukar menembus dinding sel.

Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan.

Kondisi normal glukosa darah dapat diantarkan ke dalam sel melalui reseptor insulin. Namun pada kondisi terjadi gangguan pada reseptor insulin, glukosa darah gagal diantarkan kedalam sel tubuh, dan menetap pada pembuluh darah. Sel tubuh akan merespon hal tersebut dengan mengirimkan tanda bahwa sel belum memperoleh glukosa, akibatnya glukosa terus di produksi untuk dapat memenuhi kebutuhan sel, namun karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel maka lama kelamaan terjadi peningkatan glukosa dalam darah

B.     Saran

Diharapkan kepada mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami tentang apa yang dimaksud dengan Glukosa. Diharapkan kepada mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami tentang Metabolisme dan Pengaturan Glukosa Darah. Diharapkan kepada mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami tentang Masalah kilinis, Faktor-faktor yang mempengaruhi dan Patologis pengaturan Glukosa darah. Diharapkan kepada mahasiswa agar dapat mengetahui Gejala dan tanda Diabetes Melitus¸Jenis dan Metode pemeriksaan Glukosa Darah beserta Proses pemeriksaan dan Interpretasi hasil Glukosa.


Daftar Pustaka

  1. Kaplan, L.A., Laboratory Approaches, In Method’s in Clinical Chemistry, Eds Amadeo J, Kaplan L.A., 1987:94-96
  2. Alberti K.G.M.N., Zimmet P., DeFronzo R.A., International Textbook of Diabetes Mellitus, Second Edition, John Wiley & Sons Ltd., England, 1027-1074 tahun?          
3.      Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.
4.      Corwin E.J., 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Edisi 3. Halaman : 630.
5.      Kee J.L., 2003. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Edisi 11. Halaman : 519.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar